Klaten petenews.co.id – Pengurus Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Jawa Tengah menggelar musyawarah luar biasa di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, pada Kamis (23/1/2025). Agenda ini dihadiri sejumlah pengurus daerah IPI dan membahas isu strategis terkait pengelolaan sampah di Jawa Tengah serta kondisi sosial para pemulung.
Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) IPI Jawa Tengah, Suyanto, menyampaikan pesan kepada pasangan gubernur Jawa Tengah terpilih, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam menangani permasalahan sampah yang semakin mendesak.
“Mari kita bersama-sama menyelesaikan persoalan sampah. Dengan 6 juta ton sampah per hari di Jawa Tengah, kita harus menekan lebih dari 50 persen untuk diselesaikan,” ujar Suyanto kepada wartawan petenews di sela acara musyawarah.
Sampah Menjadi Masalah Bersama
Suyanto menegaskan bahwa penanganan sampah tidak bisa dilakukan secara sepihak oleh pemerintah, organisasi, atau lembaga tertentu. Semua pihak harus bersinergi agar solusi yang diterapkan dapat efektif.
“Tidak bisa hanya pemerintah atau satu pihak yang bergerak. Kita harus bekerja bersama, semua pihak harus berperan aktif,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) di Jawa Tengah yang semakin mendekati kapasitas maksimum. Menurut laporan dari pengurus daerah, banyak TPA yang hampir penuh, sementara kebijakan pemerintah menargetkan tidak ada TPA baru pada tahun 2030. Solusi utama, lanjut Suyanto, harus dimulai dari hulu, yakni di tingkat individu dan rumah tangga.
“TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) tidak boleh hanya menggunakan paradigma kumpul, angkut, buang. Paradigma ini hanya akan mempercepat penuh TPA. Harus ada upaya nyata untuk menerapkan reuse, reduce, dan recycle,” katanya.
Peran Penting Pemulung Dalam Pengelolaan Sampah
Dalam kesempatan tersebut, Suyanto juga menyoroti peran besar pemulung dalam pengelolaan sampah. Selama ini, para pemulung sering dipandang sebelah mata, padahal kontribusi mereka sangat signifikan.
“Pemulung masih dianggap sebagai kelompok marginal dan kerap disisihkan. Padahal, mereka memiliki peran besar dalam pengurangan dan pemanfaatan sampah. Sejak 2023, pemulung bahkan telah memisahkan diri dari ILO (Organisasi Buruh Internasional) dan berdiri sendiri,” papar Suyanto.
IPI menekankan pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pemulung agar mereka dapat berdaya secara ekonomi dan sosial. Harapannya, dengan pemerintahan baru di pusat maupun daerah, pemulung dapat memperoleh kesejahteraan yang lebih baik.
“Kami berharap para pemulung dapat memiliki kesejahteraan sosial. Semoga pemerintah dapat memberikan perhatian lebih sehingga peran mereka dalam penanganan sampah semakin signifikan,” imbuhnya.
Konsolidasi dan Pengukuhan Pengurus IPI (Ikatan Pemulung Indonesia)
Musyawarah luar biasa ini juga menjadi ajang konsolidasi dan pengukuhan pengurus baru di tingkat daerah. Menurut penasihat BPD IPI Jawa Tengah, Danang Heri Subiyantoro, penguatan internal organisasi menjadi prioritas untuk mendukung visi besar IPI.
“Dengan terpilihnya gubernur Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, kami berharap visi mereka yang progresif dapat mendukung penanganan sampah di Jawa Tengah. Kami juga ingin berkontribusi lebih dalam menyelesaikan persoalan sampah yang sering menjadi pemicu banjir,” ujar Danang.
Saat ini, jumlah pemulung yang tergabung dalam IPI Jawa Tengah mencapai sekitar 60 ribu orang yang tersebar di 30 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Konsolidasi organisasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Rakerda yang sebelumnya telah digelar.
Dengan berbagai pembahasan strategis yang diangkat, musyawarah luar biasa ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperbaiki tata kelola sampah di Jawa Tengah sekaligus meningkatkan kesejahteraan para pemulung sebagai garda terdepan dalam pengelolaan limbah