Launching OM.JST Moesik Jadoel di Hotel Red Chillies Solo.

Solo, petenews.co.id

Dengan mengambil Tema : “Retro Beats,Fresh Spirits !”
JD Preneurs Solo Raya, dibawah Komando Mbah Joko Sutrisno melaunching Orkes Melayu *JST MOESIK JADOEL*
di Hotel Red Chillies Solo.
Senin (24/3/2025).

Dengan mengadopsi OM Lorenza Musik yang telah sukses menyita perhatian para pecinta musik lawas sekaligus masyarakat Indonesia umumnya.
OM JST yang juga mengusung konsep jadul ternyata bisa membawa “gairah” baru bagi para penikmat dangdut dan memberi variasi baru dalam pertunjukan musik.

Di balik antusias dan viralnya musik dangdut jadul belakangan ini ternyata ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukungnya yaitu faktor; politik, nostalgia, dan jati diri.  Bu Titik Himawan,salah satu undangan menyampaikan ;
Beberapa bulan belakangan, tensi politik tanah air agak sedikit menghangat. Mulai dari isu pagar lautan, efisiensi dana kementerian, hingga urusan elpiji 3 kg. Akibatnya, banyak masyarakat awam yang tiba-tiba menjadi “ahli” dadakan.

Saat nongkrong di warung, mereka berdebat sengit, ada yang membawa data hasil pencarian Google, ada juga yang hanya mengandalkan frasa “kata orang, katanya”. Perdebatan ini sering kali berujung pada otot leher yang menegang dan kadar kolesterol yang naik, terutama bagi mereka yang punya riwayat asam urat.

Tak jarang, suasana panas ini bahkan terbawa hingga ke tempat kerja, menyebabkan stres ringan dan sedikit migrain. Karena itu, rakyat—terutama para pecinta dangdut—perlu mencari cara untuk merilekskan diri.ungkapnya.

Tak butuh waktu lama,dengan 5 x pertemuan dan latihan terbentuklah Grup musik Orkes Melayu yang dinamai OM JST yang berisikan penyanyi lawas Rima Goprak dan Tita Nyium sebagai maskotnya,
Sejenak, semua permasalahan pelik tentang ekonomi, politik, dan keuangan yang tadinya dipikirkan pun “tenggelam” kalo sudah menyanyikan alunan musik lawas sambil berjoget rame rame”.

Tubuh pun otomatis melepas hormon dopamin, membuat suasana hati lebih bahagia dan tubuh lebih rileks. Karena kadang, solusi terbaik dari hiruk-pikuk dunia bukanlah debat kusir, melainkan sekadar menikmati musik dan bergoyang sepuasnya.
Nostalgia masa lalu menjadi alasan utama di balik viralnya lagu jadul ini. Generasi 70-an dan 80-an—dengan ciri khas celana cutbray dan status sebagai suhu skena Indonesia—barangkali mulai merasa jenuh dengan musik zaman sekarang yang cenderung kurang bermakna. Musik masa kini lebih banyak menonjolkan gerakan tubuh ketimbang kualitas suara penyanyi.

Mereka rindu kembali ke masa lalu, mengajak memori mereka “bertamasya” ke zaman ketika berjoget bukan sekadar ajang pamer di Instagram atau WhatsApp, melainkan benar-benar menikmati alunan musik. Saat itu, penyanyi lebih mengutamakan skill tarik suara dibanding besarnya honor.

Joko Sutrisno menyampaikan, Selain menikmati dangdut yang santai dan mengena di hati, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi kawan lama—baik teman sekolah, kuliah, maupun rekan sepermainan dulu.

Tapi tentu saja, bukan untuk CLBK. Justru, ini momen untuk menyatukan kembali kepingan-kepingan kenangan yang terserak, dalam sebuah reuni penuh kehangatan.

Apalagi, banyak yang masih menyimpan pakaian jadul mereka. Hal ini semakin menambah suasana nostalgia yang syahdu, penuh kenangan, dan membawa sedikit kebanggaan.

Undangan yang hadir datang dengan outfit khas zaman lawas lengkap dengan aksesori. Artinya, mereka benar-benar niat untuk bernostalgia dan membangun kembali kenangan lama. Tidak ketinggalan juga secara tidak langsung para suhu skena tersebut ingin menunjukan bahwa outfit mereka tidak kalah kece dengan gen Z pada saat ini.
Kembalinya musik jadul ini menurut saya menyampaikan pesan tersirat bahwa dangdut merupakan jati diri; bagian dari masyarakat kita jauh puluhan tahun sebelumnya.

Harmoko.

banner 728x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *